JBN.CO.ID | BOJA – Muktamar ke 48 Muhammadiyah dan Aisyiah di Solo pada 19-20 November 2022 ,mendatang diharapkan dapat berwujud muktamar yang lancar, berkualitas, elegan, dan bermartabat agar dapat memajukan Muhammadiyah dan mencerahkan semesta.
Profesor Din Syamsuddin menyampaikan hal tersebut dalam ceramahnya di Boja, Kendal pada Minggu (9/10) yang merupakan pengajian dalam rangka Hari Bermuhammadiyah sekaligus menyambut Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah.
Acara ini diikuti sekitar 2000-an warga Muhammadiyah yang memadati halaman Rumah Sakit Islam (RSI) Boja yang belum selesai.
Terpantau hadir Sekretaris Daerah (Sekda) Kendal, Sugiyono dan Bupati Kendal 2005-2010 Nurmargasi yang juga merupakan tokoh Aisyiah, sejumlah anggota DPRD Kendal, para pimpinan dan warga Muhammadiyah dari berbagai cabang dan ranting se-Kendal.
Din Syamsuddin berharap, para peserta, peninjau, dan penggembira harus berangkat dengan niat suci memajukan Muhammadiyah agar Muhammadiyah dapat memajukan Indonesia bahkan mencerahkan semesta, seperti tema muktamar.
Karena kata Din Syamsuddin, Muhammadiyah sudah berpengalaman dalam menerapkan permusyawaratan yang elegan dan bermartabat.
"Maka oleh karena itu Muktamar Solo tentu harus lebih baik, lebih maju," ujar Din Syamsuddin dalam keterangannya yang diterima redaksi, Minggu (9/10).
Menurut Din Syamsuddin, Muktamar adalah ajang silaturahim dan silatulfikri di antara sesama pejuang persyarikatan. Untuk itu diharapkan, Muktamar nanti dapat melahirkan keputusan-keputusan berkualitas untuk memajukan peran dan kontribusi Muhammadiyah bagi bangsa dan negara, serta kemanusiaan universal.
"Alhamdulillah, Muhammadiyah dan Aisyiah tidak mengalami krisis pemimpin, karena banyak kader yang siap untuk melanjutkan gerakan Muhammadiyah ke depan," kata Din Syamsuddin.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang dipimpin oleh dua professor dan intelektual ulama, yaitu Profesor Haedar Nashir, dan Profesor Abdul Mu'ti masing-masing sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum kata Din Syamsuddin, sudah berhasil meningkatkan kiprah Muhammadiyah bahkan ke mancanegara.
Untuk itu, kata Din Syamsuddin, kedua tokoh tersebut masih perlu diberi kesempatan untuk memimpin gerakan dakwah Muhammadiyah ke depan dengan membuka peluang bagi tampilnya tokoh atau kader muda Muhammadiyah yang mumpuni dan berintegritas.
"Tentang dirinya apakah maju sebagai anggota PP Muhammadiyah periode yad (menurut AD dan ART Organisasi dibolehkan karena sudah diselingi satu periode)" terang Din Syamsuddin.
Sementara itu, Din Syamsuddin mengaku tidak bersedia karena sudah memegang amanah sebagai Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah di tingkat kelurahan/desa, selain memberi kesempatan kepada tokoh atau kader Muhammadiyah lain.
"Bagi kita semua, apapun posisi kita di Muhammadiyah tidak masalah, yang penting kita tetap bisa berperan dalam dakwah Persyarikatan. Yang penting, Muktamar harus disapih dari intervensi pihak luar, yang ingin mengatur dan mendikte Muhammadiyah. Kalau itu ada dan terjadi maka akan menjadi malapetaka bagi Muhammadiyah dan juga Indonesia," pungkas Din Syamsuddin.