JBN NEWS | Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dalam menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik. Transformasi Kesehatan merupakan tonggak penting dalam perjalanan menuju visi Indonesia Emas 2045, yang bertujuan untuk mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.
Stunting adalah sindroma gagal tumbuh pada anak (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang serta stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1000 Hari Kehidupan (1000 HPK) sehingga anak lebih pendek untuk usianya.
Sejak tahun 2018, Pemerintah telah melaksanakan Program Percepatan Penurunan Stunting (PPS) dengan target menurunkan prevalensi stunting hingga 14% pada tahun 2024. Selama 5 tahun pelaksanaannya, prevalensi stunting dapat diturunkan sebesar 9,3% poin, dari 30,8% (2018) menjadi 21,5% (2023).
Angka ini menunjukkan penurunan prevalensi hanya sebesar 0,1 persen dari tahun sebelumnya sebesar 21,6% (2022).
Terbentuknya pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menjadikan pencegahan stunting sebagai isu strategis yang harus bisa direspon secara cepat, bijak dan sepenuh hati. Mengingat, persoalan stunting tidak hanya menyangkut persoalan terkait kehidupan satu generasi di masa mendatang.
Filosofi asta cita mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu, berjuang dan berkontribusi demi kemajuan Indonesia. Sesuai RPJPN 2025-2045 terdapat 8 agenda transformasi (sosial, ekonomi dan tata Kelola) yang saling berkaitan dan akan dilaksanakan dalam empat tahap strategis yaitu :
1). Penguatan Transformasi (2025-2029): Menguatkan fondasi transformasi di berbagai bidang, termasuk kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial.
2). Akselerasi Transformasi (2030-2034): Mendorong percepatan pencapaian hasil transformasi.
3). Ekspansi Global (2035-2039): Meningkatkan kontribusi Indonesia di kancah internasional.
4). Perwujudan Indonesia Emas (2040-2045): Mewujudkan visi Indonesia sebagai bangsa yang maju dan berdaya saing tinggi.
Pada tahap awal (2025-2029), upaya penguatan kesehatan dan gizi difokuskan pada upaya pemenuhan layanan dasar, khususnya dalam pencegahan stunting. Fokus pada pencegahan stunting, bukan pada penanganan anak yang sudah terlanjur stunting.Pendekatan utama diarahkan ke desa, pada keluarga berisiko stunting.
Dengan dukungan data yang terintegrasi di tingkat desa (one data), pelaksana dapat memastikan seluruh keluarga berisiko mendapatkan paket lengkap layanan intervensi yang dibutuhkan.
Dalam lingkup keluarga, optimalisasi 1.000 HPK yaitu sejak awal kehamilan hingga anak usia 2 tahun menjadi kunci penting dalam memastikan tumbuh kembang anak yang sehat dan mencegah stunting. Namun, persiapan pencegahan stunting juga harus dilaksanakan pada tahapan-tahapan panjang jauh sebelum itu. Siklus pencegahan stunting harus dimulai sejak usia remaja, sejak menjadi calon pengantin, dan sejak sebelum terjadi pembuahan (prakonsepsi), yang kemudian dilanjutkan pada masa kehamilan dan menyusui hingga anak berusia dua tahun.
Pencegahan stunting akan menjadi agenda penting untuk diprioritaskan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Setidaknya hal tersebut sudah dinyatakan melalui pernyataan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terkait dengan kebijakan-kebijakan strategis yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting.
Percepatan penurunan stunting dapat terjadi jika jumlah stunting baru tahun berjalan lebih kecil dari jumlah anak stunting umur 48-59 bulan tahun sebelumnya. Deteksi dini perlambatan pertumbuhan (growth faltering) adalah kunci sukses mencegah lahirnya stunting baru dan wasting.
Fokus sasaran ditujukan pada kelompok 1000 HPK yaitu periode paling kritis dalam menentukan kualitas tumbuh kembang anak. Pemantauan tren pertambahan berat badan dilakukan secara akurat dan berkelanjutan dengan memastikan penerapan LIMA STANDAR pengukuran, yaitu: alat ukur terstandar, prosedur pengukuran (SOP terstandar), petugas pengukur yang terlatih, kondisi dan waktu pengukuran yang sesuai, serta hasil pengukuran yang terstandar.
Upaya pencegahan penyakit infeksi pada anak, seperti melalui imunisasi dan menjaga kebersihan lingkungan, perlu dilakukan secara konsisten. Langkah ini penting untuk melindungi anak dari risiko penyakit yang dapat menghambat tumbuh kembangnya. Selain itu, pencegahan penyakit infeksi berperan dalam menurunkan risiko stunting, karena anak yang sering sakit cenderung mengalami gangguan penyerapan gizi.
Dengan imunisasi lengkap dan lingkungan yang bersih, dapat menciptakan kondisi kesehatan yang optimal, sehingga anak tumbuh sehat dan mencapai potensi terbaiknya.
Perkembangan otak optimal memerlukan nutrisi dan stimulasi yang tepat terutama di 1000 HPK. Pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki pola yang tetap dan unik. Pertumbuhan dan perkembangan anak mengikuti urutan atau tahapan yang relatif konsisten di seluruh anak-anak, meskipun ada variasi dalam kecepatan masing-masing anak. Misalnya, seorang anak biasanya mulai belajar duduk, merangkak, kemudian berjalan dalam urutan yang serupa. Begitu pula dengan perkembangan bahasa, di mana anak-anak umumnya mulai mengoceh, kemudian mengucapkan kata-kata pertama, dan akhirnya berbicara dalam kalimat lengkap.
Meskipun ada pola yang tetap, setiap anak memiliki kecepatan dan karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Setiap anak berkembang dengan cara yang unik, tergantung pada faktor genetik, lingkungan, pola pengasuhan, serta pengalaman hidup mereka.Dengan memadukan stimulasi di semua ranah perkembangan—sensori, motorik, kognitif, emosional, dan sosial—anak dapat berkembang sesuai dengan potensinya, mencapai tahap perkembangan yang optimal, dan mengurangi risiko gangguan pertumbuhan, seperti stunting.
Oleh karena itu, sinergi antara faktor biologis, psikologis, dan sosial sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak secara holistik.
Artikel ini dirangkum dari narasumber yang hadir dalam diskusi ini Dr. dr. Lucy Widasari,M.Si, dosen program magister Ilmu Kesehatan Masyarakat serta pemerhati Kesehatan Ibu dan Anak untuk Generasi Emas Indonesia 2045 dan dr. M. Saptadji, FISQUA praktisi kesehatan.(rls/*)